Ide Presiden Jokowi untuk membuat film pengkhianatan PKI versi kekinian terus menggulir. Banyak yang bilang itu tidak perlu, karena sejarah tak bisa diulang. Banyak pula yang mendukung, dengan alasan agar nuansanya sejajar dengan pandangan generasi milenial/kekinian.
Tapi, ada satu hal yang paling menarik untuk dibahas. Yakni siapa yang mau memerankan tokoh antagonisnya?
Kalau ditawarkan jadi tokoh protagonis macam Pak Harto, Jendral AH. Nasution, 7 Jendral Pahlawan Revolusi, Ade Irma Suryani, tentu banyak yang mengajukan diri.
Yang jadi masalah adalah tokoh antagonisnya. Mengingat beban psikologis untuk memerankan tokoh antagonis di film PKI sangat-sangat berat!
Dulu mungkin penonton film dan publik tidak terlalu mempermasalahkan siapa yang memerankan Aidit, Njoto, Syam Kamaruzzaman, Letkol Untung dkk. Mengingat dulu arus informasi dan arus bullying tidak sekencang jaman kekinian.
Tapi sekarang?
Jika akting si pemeran itu benar-benar bagus dan menjiwai, ditambah filmnya booming, tak pelak tokoh yang diperankan itu akan melekat terus pada dirinya.
Robert Downey Jr adalah Iron Man. Rowan Atkinson adalah Mr. Bean. Kalau di Indonesia, Rano Karno adalah si Doel.
Bisa dibayangkan, jika ada aktor Indonesia memerankan tokoh di film PKI Kekinian, pandangan penonton film dan publik umum pun akan melekat pada dirinya. Masih untung jika dia memerankan tokoh protagonis, "Wah, itu yang jadi Pak Harto, ini yang jadi Jenderal Nasution, aduh, imutnya yang jadi Ade Irma Suryani....
Dan pandangan berbeda pun akan ditujukan pada pemeran tokoh-tokoh PKI, "Oh, itu ya yang jadi Aidit di film PKI Kekinian, itu si Letkol Untung, Itu si Njoto........
Tantangan untuk membuat ulang film tentang pengkhianatan PKI bukan sekedar membuat nuansanya yang berbeda. Tidak hanya bagi si sutradara atau penulis skenarionya mengingat perdebatan sejarah kebenaran pemberontakan tersebut. Yang lebih penting adalah beban psikologis bagi para pemeran antagonisnya.
Tapi, ada satu hal yang paling menarik untuk dibahas. Yakni siapa yang mau memerankan tokoh antagonisnya?
Kalau ditawarkan jadi tokoh protagonis macam Pak Harto, Jendral AH. Nasution, 7 Jendral Pahlawan Revolusi, Ade Irma Suryani, tentu banyak yang mengajukan diri.
Yang jadi masalah adalah tokoh antagonisnya. Mengingat beban psikologis untuk memerankan tokoh antagonis di film PKI sangat-sangat berat!
Dulu mungkin penonton film dan publik tidak terlalu mempermasalahkan siapa yang memerankan Aidit, Njoto, Syam Kamaruzzaman, Letkol Untung dkk. Mengingat dulu arus informasi dan arus bullying tidak sekencang jaman kekinian.
Tapi sekarang?
Jika akting si pemeran itu benar-benar bagus dan menjiwai, ditambah filmnya booming, tak pelak tokoh yang diperankan itu akan melekat terus pada dirinya.
Robert Downey Jr adalah Iron Man. Rowan Atkinson adalah Mr. Bean. Kalau di Indonesia, Rano Karno adalah si Doel.
Bisa dibayangkan, jika ada aktor Indonesia memerankan tokoh di film PKI Kekinian, pandangan penonton film dan publik umum pun akan melekat pada dirinya. Masih untung jika dia memerankan tokoh protagonis, "Wah, itu yang jadi Pak Harto, ini yang jadi Jenderal Nasution, aduh, imutnya yang jadi Ade Irma Suryani....
Dan pandangan berbeda pun akan ditujukan pada pemeran tokoh-tokoh PKI, "Oh, itu ya yang jadi Aidit di film PKI Kekinian, itu si Letkol Untung, Itu si Njoto........
Tantangan untuk membuat ulang film tentang pengkhianatan PKI bukan sekedar membuat nuansanya yang berbeda. Tidak hanya bagi si sutradara atau penulis skenarionya mengingat perdebatan sejarah kebenaran pemberontakan tersebut. Yang lebih penting adalah beban psikologis bagi para pemeran antagonisnya.